Misteri di Balik Bahasa Ngapak Yang Belum Terpecahkan


Terlahir sebagai warga Ngapak di daerah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat, membuat saya tertarik untuk menelusuri Asal muasal Bahasa Jawa Ngapak. Terlebih adanya Anomali Bahasa di Cilacap yang menjadi pertanyaan besar dan penuh misteri.

Fenomena ini saya rasakan setelah menyadari ada perbedaan mencolok yang terjadi pada bahasa Cilacap ( Ngapak ) jika di bandingkan dengan daerah lain yang perubahan bahasanya terjadi secara bertahap dan ada daerah transisi perubahan bahasa.

Cobalah perhatikan pola perubahan bahasa dari Jawa Timur sampai Cilacap dan dari ujung Jawa Barat sampai Banjar. Tidak ada peralihan drastis dan selalu memiliki daerah antara ( Transisi ). Seperti misalnya bahasa Jawa Jogja ke Jawa Banyumasan memiliki bahasa transisi di daerah Kedu, dimana dialek masih ikut ke Jogja namun kosa kata Banyumasan. Kata-kata semacam Inyong sudah masuk tapi dialeknya Jogja-an, biasa orang Cilacap menyebutnya Bahasa Bandhek.

Tetapi di Cilacap yang berbatasan langsung dengan Jawa Barat, perubahan bahasa terjadi begitu ekstrem meski tanpa batasan geografis yang mencolok. Banyak daerah yang hanya dibatasi pesawahan bahkan jalan atau selokan kecil tapi bahasanya berbeda. Sebelah pakai bahasa Jawa dan sebelahnya lagi berbahasa Sunda.

Sepintas memang tak begitu kentara, tapi bila kita membaur akan terasa keanehan itu. Karena seringkali ada dua orang ngobrol, yang satu ngomong Jawa satunya Sunda,  tapi anehnya koq tetep saja nyambung hehe.

Bahasa adalah sarana untuk aktivitas manusia, maka Bahasa seharusnya sama untuk di Garis Bujur yang sama ( jika tidak terhalang Gunung yang tinggi atau Jurang yang panjang ). Karena, jika garis Bujurnya sama maka aktivitasnya pun akan bersamaan. Sudah seharusnya bahasa yang di gunakan pun sama.

Tapi tidak untuk Bahasa Ngapak, ada perbedaan Ektrem yang mencolok dengan Bahasa Sunda di sebelahnya.

Untuk mengobati rasa penasaran terhadap Keanehan Bahasa Ektrem ini, berbagai sumber saya coba gali sebagai literatur untuk mengobati rasa ingin tahu ini.

Penelitian W.J Van der Meulen

Kalau dari literasi yang banyak di temukan di Jurnal dan Google, maka pembahasan mengenai Bahasa Ngapak ini hampir seluruhnya bersumber dari penelitiannya W.J Van der Meulen, sejarahwan asal Belanda yang menetap di Yogyakarta. Dimana dalam bukunya disebutkan bahwa sejarah wilayah sekitar Gunung Slamet tak lepas dari kerajaan Galuh Purba di abad ke 3 sebelum masehi yang batas kekuasaannya meliputi wilayah dari Cirebon, Ciamis, Kebumen, Purwodadi, Batang dan sekitarnya.

Kerajaan Galuh Purba menjadi cikal bakal berbagai Dinasti yang berkuasa di Nusantara. Meski Van der Meulen menyatakan bahwa Kerajaan Galuh Purba adalah pendatang dari Kutai, tetapi legenda di daerah maanyan Kalimantan Timur, justru menyebutkan leluhur mereka adalah campuran, Bapak dari daratan China dan Ibunya dari Jawa.

Jadi, tak terlalu salah bila dikatakan bahasa Banyumasan merupakan akar budaya Jawa tertua. Namun hanya itu yang dapat ditelusuri dan tidak ada penjelasan mengenai  fenomena peralihan bahasa secara drastis.


Metode yang digunakan Van Der Meulen dalam melakukan penelusuran sejarah yakni melalui legenda, mitos atau cerita rakyat yang saling berkaitan dan bisa ditarik benang merahnya. Nah untuk itu mari kita mencoba menelusuri lewat metode ini..

Baca Juga: Asal -Usul Bahasa Ngapak dan Babad | Penguasa Selatan Lereng Gunung Slamet


Jangka Jayabaya

Dari Jangka Jayabaya, di bait 164 menyebutkan kalimat Nugel Tanah Jawa Kaping Pindho ( Memotong tanah Jawa untuk kedua kalinya ) bisa berarti pulau Jawa sebelumnya pernah dibelah, Atau dulunya terbelah lalu bersatu untuk kemudian akan dibelah untuk kedua kalinya.


Ini ada kaitannya dengan legenda masyarakat seputaran Gunung Slamet, dimana gunung tersebut dipercaya sebagai penjaga keselamatan tanah Jawa. Mitos itu menyebutkan jika suatu saat gunung Slamet meletus, tanah diantara sungai Comal sampai Losari, antara sungai Serayu sampai Citandui akan hilang dengan bersatunya laut Jawa dan laut kidul.

Saya juga teringat cerita Almarhum Nenek saya yang mengatakan, Nek Kali Serayu karo Kali Citandui Kawin, Kiamat tanah Jawa ( jika Sungai Serayu dan Sungai Citandui Bersatu, maka Kiamat tanah Jawa ), tidak di jelaskan maksudnya Kawin kedua Sungai tersebut, mungkinkah suatu saat, Sungai Serayu dan Citandui menjadi satu sungai Besar ?

Legenda Desa Cilongkrang

Cilongkrang adalah desa di kecamatan Wanareja, Cilacap, Jawa Tengah. ada sebuah legenda lain tentang Asal muasal daerah bernama Cilongkrang di wilayah Cilacap bagian barat berbatasan dengan Jawa Barat. Nama Cilongkrang Berasal dari kata Ci dan Longkrang yang artinya Air dan Celah.

Melihat kontur wilayahnya, daerah tersebut berbentuk lembah sempit memanjang seperti celah namun tidak ada sungai di tengahnya. Bila kita pakai metodologi Van der Meulen yang juga menelusuri sejarah melalui nama daerah, bisa jadi di masa purba wilayah tersebut memang ada sungai atau air dalam jumlah besar.

Bangunan di Desa Cilongkrang ( Blog Rawins )

Celah Cilongkrang itu diapit dua baris pegunungan yang dinamakan Gunung Kelir dan Tunggul Buta. Mitos yang beredar di masyarakat menyatakan bahwa Gunung Kelir merupakan tempat menyembunyikan Perahu Emas yang suatu saat akan bersatu dengan Tunggul Buta.

Kelir itu sendiri artinya layar dan Tunggul Buta bisa diartikan tonggak raksasa. Bersatunya kedua gunung tersebut bisa diartikan sebagai merapatnya perahu layar ke tonggak raksasa sebagai dermaganya.

Dalam Bahasa Ngapak, Kelir bisa juga diartikan Tirai atau Penutup.
Perahu Emas mungkin adalah sebuah istilah untuk menyamarkan sebutan pada sesuatu yang berkilauan. Atau Kelir Perahu Emas, sebuah Penutup Berwarna Kuning untuk menutupi Peradaban Megah yang ada di wilayah itu. Atau ini sebuah kode bahwa ada sesuatu yang di Tutupi di wilayah tersebut dengan Tirai kekuning-kuningan.

Anomali Matahari di Daerah Perbatasan Ngapak dan Sunda

Penelitian yang dilakukan oleh Tim Turangga Seta terhadap daerah-daerah yang termasuk Daerah inklinasi 3.6° menunjukan adanya Anomali Matahari di lokasi-lokasi tersebut, seperti juga yang di peroleh di Perbatasan Ngapak dan Sunda.

Ada Kejanggalan pada Pola Lintasan Matahari dari Timur kebarat yang terjadi di lokasi Inklinasi 3.6° ini yang tidak sewajarnya.

Pola Perpindahan Matahari yang seharusnya


Tapi di Wilayah Perbatasan Ngapak-Sunda Pola Matahari seperti berikut ini

Matahari Bergerak Anomali Vertikal ke Bawah selama 14 menit 24 detik kalau kita berada di Timur  Lokasi

Matahari Bergerak Anomali Vertikal ke Atas selama 14 menit 24 detik kalau kita berada di Barat  Lokasi

Menurut Turangga Seta, peristiwa ini membuktikan bahwa Ada Lokasi di Bumi yang di sembunyikan yang jaraknya sekitar 400 km di area perbatasan dua daerah. Tetapi yang nampak oleh kita hanya Satu Meter yang di sebut area Inklinasi 3.6° yakni area di mana terjadi penyimpangan sudut bumi sebesar 3.6° dari seharusnya.

Lihat Video Anomali di area Perbatasan Ngapak dan Sunda pada Video Berikut ini



sumber:
http://blog.rawins.com/
http://www.banjoemas.com/
TuranggaSeta